SHALAT ISTISQA

Shalat Istisqa artinya meminta air kepada Allah, baik berupa air hujan, mengalirnya mata air, mengembalikan

warna air dan lain sebagainya.

Ada tiga martabat istisqa, yaitu:

Berdoa meminta air secara mutlak, dilaksnakan setelah shalat atau dalam qunut nazilah, ini merupakan martabat istisqa paling bawah (adnal istisqa).
Berdoa meminta air pada khutbah jum'at, dan ini merupakan martabat istisqa pertengahan (ausathul istisqa).
Meminta air kepada Allah dengan cara melaksanakan shalat istisqa, puasa taubat dan keluar daripada kedzaliman (berhenti mengerjakan kedzaliman), dan inilah yang dinamakan akmalul istisqa (martabat istisqa yang paling sempurna).

Disunahkan kepada hakim memerintahkan jemaah untuk:

Shalat istisqa (dalam arti jika kebutuhan air berkaitan dengan kebutuhan banyak orang/hendak berjamaah).
Puasa selama tiga hari sbelum melaksanakan shalat istisqa.
Taubat dari segala dosa yang sudah diperbuat.
Bersedekah dengan ketentuan-ketentuan sedekah.
Mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang baik (amal shaleh).
Menjauhkan diri dari melakukan perbuatan dzalim dan perbuatan yang bisa menjauhkan diri dari turunnya rahmat.

Shalat dua rakaat dengan niat istisqa ketika takbiratul ihram.
Takbir 7 kali pada rakaat pertama dan 5 kali pada rakaat kedua.
Pada rakaat pertama membaca surah qaf atau surah Al-A'la dan pada rakaat kedua membaca surah Iqtarobat atau surah Al-Ghosyiyah setelah membaca surah Al-Fathah.
Menurut Ibnu Hajar, boleh shalat istisqa dilaksanakan lebih dari dua rakaat dengan satu kali takbirotul ihram.
Shalat bisa dilaksanakan munfarid atau berjamaah.
Lebih utama shalat dilaksanakan dilapangan.

Sebelum shalat disunahkan mandi (adus.sunda)
Waktu yang paling utama yaitu waktu shalat ied, tapi boleh juga dilaksanakan pada malam hari, bahkan boleh juga dilaksanakan pada waktu-waktu karohah.
Jika belum juga di turun air, maka sunnat melaksanakan shalat meskipun sampai beberapa kali.
Jika sudah terlanjur berencana melaksanakan shalat istisqa, tetapi hujan sudah turun maka sunnat dilaksanakan shalat istisqa atas wujud rasa syukur kepada Allah.

Hari keempat turun ke lapangan masih dalam keadaan berpuasa.
Memekai pakaian kerja, tidak memakai wewangian.
Khusyu, tawadhu, lemah lembut, menundukkan kepala ketika berjalan, berbicara ketika duduk, memakai terompah dan penutup kepala.
Menghilangkan bau-bau tidak sedap dari badan kita dengan mandi dan siwak sebelumnya.
Mengambil jalan yang berbeda pada saat berangkat dan pulang.
Mengajak anak kecil (sebab belum memiliki dosa), mengajak orang tua renta (sebab lebih lembut hatinya), dan mengajak isteri yang tidak banyak bertingkah.
Membawa hewan ternak, pisahkan antara anak dan induknya, biarkan "berteriak-teriak" supaya lebih dekat kepada ijabah, tetapi tempat berpisah dari manusia.
Untuk shalat istisqa berjamaah, stelah khutbah (dengan khutbah dua seperti khutbah ied) takbir diganti dengan istigfar.

Khubah boleh satu kali dan boleh juga dilaksanakan sebelum shalat.
Setelah sepertiga khutbah kedua, khatib menghadap ke kiblat sampai selesai doa.
Setelah selesai doa, khotib membalikan selendang.
Kemudian khatib menghadap kembali kepada jemaah.
Pada saat khatib membalikkan selendang, jemaah disunnatkan mengikuti imam (khatib) kecuali jemaah perempuan.
Jikalau selendangnya berukuran besar, panjang, atau bulat (seperti kain sarung yang diselendangkan) maka sunnat sekedar memindahkan selendang dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
Selendang tidak dilepas sampai melepas baju (dirumah).

Sekian dulu pembahasan mengenai shalat istisqa, mudah mudahan artikel ini bermanfaat bagi para pembaca. Terimakasih.